Banyak penyakit yang menyerang anak atau bahkan orang yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi atau imunisasi. Namun walaupun sudah diperkenalkan sejak awal abad 20, ternyata masih banyak orangtua yang belum tahu dengan pasti fakta-fakta dibalik vaksinasi ini :
Tidak ada kata terlambat untuk imunisasi
Menurut dr.Hanifah Oswari, spesialis anak dari FKUI/RSCM Jakarta, pada dasarnya tidak ada kata terlambat untuk memberikan imunisasi pada anak. "Terlambat boleh saja selama si anak belum kena penyakitnya," katanya seperti dikutip dari lama Kompas. Namun perlu yang perlu dipertimbangkan adalah, jika jeda atau interval dari pemberian satu vaksin ke vaksin ulangannya cukup jauh, maka kemampuan tubuh untuk mengenali suatu virus atau bakteri menjadi lebih lama.
Efek Samping Imunisasi
Kekebalan tubuh anak yang kurang prima saat menjalani imunisasi dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti bengkak dan kemerahan di sekitar lokasi suntikan, demam ringan, atau anak menjadi agak rewel. Namun hal itu bukanlah hal yang serius, karena tidak sebanding dengan bahaya penyakit yang mungkin timbul jika anak tidak dilindungi imunisasi.
Vaksinasi Hepatitis B Tak Perlu Diulang Waktu Remaja
Hepatitis B merupakan ancaman penyakit yang serius. Karena itu pencegahannya perlu dilakukan sejak dini, bahkan sebelum bayi berusia satu tahun. Antibodi yang diciptakan paska vaksinasi ini dapat bertahan selama 20-25 tahun. Karenanya menurut Hartono Gunardi, dokter spesialis anak, anak yang pernah mendapat vaksin hepatitis B pada usia 0-5 tahun tidak perlu divaksinasi ulang saat berusia 15-21 tahun.
Vaksin Tidak Menyebabkan Autis
Salah satu ketakutan orangtua untuk memberikan vaksinasi kepada anak adalah gangguan perkembangan yang mungkin terjadi, atau bahkan anak menjadi autis. Ini sebenarnya adalah mitos yang telah mulai berkembang pada 1998. Namun WHO dan para ahli telah memastikan bahwa vaksinasi tidak ada hubungan dengan autisme.
Kekebalan Anak Warisan Ibu Tidak Bertahan Lama
Bayi yang mendapat air susu ibu (ASI) memang memiliki cenderung lebih kuat dibanding dengan yang kurang atau tidak mendapat ASI. Selain lewat ASI, menurut dokter spesialis anak Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A, ibu juga "mentransfer" kekebalan kepada sang bayi saat berada di dalam kandungan yang disebut dengan antibodi maternal. Namun hal ini sangat bergantung dengan kondisi kesehatan dan kekebalan sang ibu dan tidak bisa bertahan lama. Misalnya saja untuk antibodi campak yang akan menurun saat bayi berusia enam bulan.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena itu melakukan vaksinasi atau imunisasi adalah pilihan yang tepat untuk menjaga dan melindungi kesehatan anak Anda, selain berdoa dan menyerahkan tumbuh kembang anak kepada Tuhan.
Baca juga :
Franklin Graham : Penderita HIV / AIDS Butuh Kasih Sayang
Cara PDKT yang Baik Untuk Para Single
Kisah Kepiting dan Pertapa Muda